HALLOBANDUNG.COM — Sedikitnya ada tiga pilar penopang kokohnya lembaga pendidikan Sekolah Luar Biasa ( SLB ) Bina Karya di Jalan Cikijing RT 02 RW 10 Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung.
Menurut Suprapto, Kepala SLB Bina Karya, pilar pertama adalah lama berdiri. Sekolah ini berdiri Tahun 1989, atau telah berumur lebih dari 35 tahun. Sebuah rentang usia SLB yang terkategori tua.
Kedua, lanjut Suprapto, kekokohan SLB Bina Karya ditunjang akreditasi sekolah yang ‘A’ atau unggul, ” Akreditasi cermin kinerja, sering jadi patokan orang tua untuk mencari sekolah terbaik bagi anak-anaknya.”
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pilar ketiganya, lanjut Suprapto, penunjang Sumber Daya gurunya, SLB Bina Karya ditopang oleh 15 guru, terdiri 7 guru PNS dan 5 guru non PNS, semua berpendikan terakhir sarjana lulusan Pendidikan Luar Biasa (PLB,).
Pilar- pilar lainnya, kata Suprapto, letak tempat yang tidak jauh dari jalan raya, juga prestasi sekolah itu sendiri dan keterampilan yang diajarkan kepada anak didiknya.
Khusus untuk model keterampilan yang diajarkan ke siswa, imbuh Suprapto, terutama siswa diajarkan keterampilan vokasional, seperti Tata Rias dan Tata Boga.
Baca Juga:
Tantangan Serius Dunia Pers Modern, Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja Melanda Industri Media
Presiden Prabowo Subianto Sampaikan Alasan Soal Permintaan Tinggalkan Mental ”Kumaha Engke’
Saksi Fauzi Amro dan Charles Meikyansyah Tak Hadir di KPK dalam Kasus Penyaluran Dana CSR BI
Suprapto berharap agar sekolah SLB Bina Karya bisa melahirkan siswa- siswi berakhlakul karimah, berkarakter, berpengetahuan, agar anak menjadi lebih mandiri.
” Mandiri itu, kita proyeksikan lagi menjadi BMW Mamah, dalam arti (B)ekerja (M)elanjutkan sekolah atau (W)irausaha atau hanya Mandiri di rumah (Mamah), ” terangnya.
Tentang lulusan SLB Bina Karya, bagi siswa dengan potensi baik, banyak yang telah bekerja di Alfamart, pabrik sepatu ada yang bekerja sebagai biro jasa di Samsat dan lainnya lagi.
” Tapi bagi siswa yang masih mengalami hambatan berpikir, mereka hanya cukup mandiri di rumah saja, dalam arti tidak menyusahkan orang tua atau keluarga, ” jelas Suprapto.
Baca Juga:
Bentuk Satgas PHK Nasional, Presiden Prabowo: Negara Tak akan Biarkan Pekerja di-PHK Seenaknya!
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
IMF Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Jadi 4,7 Persen, Ini Tanggapan Istana
Setiap proses pasti ada kendala, namun Suprapto selalu memberikan motivasi kepada guru-guru agar jangan istilahkan kendala karena auranya akan lebih berat.
” Tapi saya anggap apa yang disebut kendala itu harus disebut tantangan, karena dengan tantangan kita terpacu untuk mengatasinya, ” terangnya.
Menurut Suprapto, mengatasi permasalahan anak-anak SLB itu tidak hanya menggarap anaknya, karena anaknya sendiri masih menjadi permasalahan.
Tapi, orangtuanya juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan, perlu dimotivasi, mereka harus bisa menerima kondisi anaknya, hingga orang tua bisa terbuka menerima masukan.
‘ Sehingga tercipta komunikasi yang efektif untuk memaksimalkan potensi anak, baik di sekolah maupun di rumah, ” pungkas Suprapto. ( Tatang Tarmedi ) ***