BANDUNG – ‘Halo, Halo Bandung” adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia ciptaan Ismail Marzuki yang menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota Bandung.
Dalam masa pasca-kemerdekaan pada tahun 1946, khususnya dalam peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946.
Ismail Marzuki tampil bersama grup keroncong Lief Java pada sekitar tahun 1940 sebagai penyanyi dan penulis lagu di Studio Orkes NIROM II di Tegalega, Bandung.
Sebagai bagian dari siaran radio NIROM (Nederlandsch-Indische Radio-omroepmaatschappij).
Baca Juga:
Respons Menhub Terkait Alasan Turunnya Jumlah Orrang yang Lakukan Perjalanan pada Lebaran 2025
Kemedagri Umumkan 9 Daerah yang akan Laksanakan PSU Bulan April, Termasuk Kabupaten Tasikmalaya
Diduga Dokter Residen PAP ada kelainan seksual, korban perkosaan total ada 3 orang.
Setidaknya, ada 3 versi lirik lagu Halo, halo Bandung yang beredar di kalangan masyarakat, yaitu versi asli, versi asli, versi perǰuangan, dan versi sunda sebagaimana dikutip Wikipedia:
Versi Asli
Halo, halo Bandung, ibukota Pasundan
Hallo-hallo Bandung, kota kenang-kenangan
Lama sudah beta ingin berjumpa padamu
S’lagi hayat dan hasrat masih dikandung badan
Kita ‘kan jumpa pula
Baca Juga:
HMN Media Holding Tunjuk Wartawan Senior Dharono Trisawego Sebagai Pemimpin Redaksi Hallobandung.com
Sufmi Dasco Ahmad Tak Bahas Soal Trending Topic Judi Kamboja Saat Bertemu Rocky Gerung 2,5 Jam
Ini Jawaban Resmi KPK Soal Kapan Jadwal Pemanggilan Mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil
Versi Perjuangan
Halo, halo Bandung, ibukota Periangan
Halo, halo Bandung, kota kenang-kenangan
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
Baca Juga:
Portal berita ini menerima konten video dengan durasi maksimal 30 detik (ukuran dan format video untuk plaftform Youtube atau Dailymotion) dengan teks narasi maksimal 15 paragraf. Kirim lewat WA Center: 085315557788.
Inilah Jawaban Presiden Prabowo Subianto atas 7 Pertanyaan Pamungkas dari Para Jurnalis Kawakan
Pemprov Jawa Barat Nyatakan Kecewa, Bupati Indramayu Lucky Hakim ke Jepang Tanpa Izin
Versi Sunda
Halo, halo Bandung, ibu kota Periangan
Halo, halo Bandung, kota inget-ingetan
Atos lami abdi patebih, henteu patingal
Mugi mugi ayeuna tiasa tepang deui
‘tos tepang ‘teu panasaran
Ismail Marzuki kembali ke kota Batavia setelah menikahi rekan sesama penyanyi di grup, Eulis Zuraidah.
Namun kenangan indah selama menetap di kota Bandung selalu melekat dalam ingatannya.
Hal tersebut mendorongnya untuk menciptakan lagu berbahasa sunda berjudul “Hallo Bandung”.
Serta beberapa lagu bertema serupa seperti “Bandung Selatan di Waktu Malam” dan “Saputangan dari Bandung Selatan”.
Pada waktu itu ungkapan “Hallo Bandoeng” sudah sangat dikenal sebagai tanda panggil dan sapaan pembuka oleh Radio Kootwijk saat melakukan panggilan radio telegraf dengan kota Bandung.
Ungkapan tersebut menjadi semakin terkenal melalui lagu berbahasa Belanda berjudul “Hallo Bandoeng” oleh Willy Derby.
Yang penjualannya mencapai lebih dari 50.000 kopi, suatu jumlah yang luar biasa pada zaman itu
Versi awal dari lirik lagu “Hallo Bandung” menunjukkan bahwa pada awalnya lagu ini lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental, bukan dimaksudkan sebagai lagu perjuangan.
Kemudian selama masa pendudukan Jepang lagu ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari propaganda pihak tentara Jepang.
Yang antara lain berusaha mengikis pengaruh budaya Belanda serta mendorong penggunaan bahasa Indonesia di penjuru wilayah jajahan.
Walaupun begitu, versi kedua hasil terjemahan lagu tersebut tetap menggambarkan maksud aslinya sebagai lagu kenangan.
Setelah pernyataan kekalahan Jepang, para pejuang kemerdekaan Indonesia kemudian menghadapi masuknya tentara NICA Belanda.
Serta tentara Sekutu dari Kerajaan Inggris, yang berlangsung hingga selama empat tahun. Masa ini dikenal sebagai periode Revolusi Nasional.
Pada awal masa ini Ismail Marzuki bersama istri mengungsi ke Bandung demi menghindari pendudukan tentara Inggris dan Belanda di Jakarta.
Namun sayang tidak lama setelah mereka menetap di Bandung, terbit ultimatum dari pihak Inggris yang memerintahkan pihak tentara pejuang Indonesia untuk segera meninggalkan kota.
Kemudian pihak pejuang Indonesia membalas dengan sengaja membakar bangunan dan gedung di penjuru wilayah selatan kota Bandung
Sebelum mereka meninggalkan kota pada 24 Maret 1946, yang kemudian dikenal sebagai Bandung Lautan Api .
Peristiwa ini mengilhami Ismail Marzuki beserta para pejuang Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu “Hallo Bandung” menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan.
Segera setelah itu, lagu “Halo, Halo Bandung” menjadi sangat dikenal dan menjadi salah satu lambang perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah.***