Kisah Tentang ‘Halo, Halo Bandung’, Lagu Kenangan yang Jadi Lagu Perjuangan untuk Semangati Rakyat

Avatar photo

- Pewarta

Minggu, 6 April 2025 - 08:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946. (Dok. RRI)

Peristiwa Bandung Lautan Api 24 Maret 1946. (Dok. RRI)

BANDUNG – ‘Halo, Halo Bandung” adalah salah satu lagu perjuangan Indonesia ciptaan Ismail Marzuki yang menggambarkan semangat perjuangan rakyat kota Bandung.

Dalam masa pasca-kemerdekaan pada tahun 1946, khususnya dalam peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946.

Ismail Marzuki tampil bersama grup keroncong Lief Java pada sekitar tahun 1940 sebagai penyanyi dan penulis lagu di Studio Orkes NIROM II di Tegalega, Bandung.

ADVERTISEMENT

RILISPERS.COM

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagai bagian dari siaran radio NIROM (Nederlandsch-Indische Radio-omroepmaatschappij).

Setidaknya, ada 3 versi lirik lagu Halo, halo Bandung yang beredar di kalangan masyarakat, yaitu versi asli, versi asli, versi perǰuangan, dan versi sunda sebagaimana dikutip Wikipedia:

Versi Asli

Halo, halo Bandung, ibukota Pasundan
Hallo-hallo Bandung, kota kenang-kenangan

Lama sudah beta ingin berjumpa padamu

S’lagi hayat dan hasrat masih dikandung badan
Kita ‘kan jumpa pula

Versi Perjuangan

Halo, halo Bandung, ibukota Periangan

Halo, halo Bandung, kota kenang-kenangan

Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau

Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali

Versi Sunda

Halo, halo Bandung, ibu kota Periangan

Halo, halo Bandung, kota inget-ingetan

Atos lami abdi patebih, henteu patingal

Mugi mugi ayeuna tiasa tepang deui
‘tos tepang ‘teu panasaran

Ismail Marzuki kembali ke kota Batavia setelah menikahi rekan sesama penyanyi di grup, Eulis Zuraidah.

Namun kenangan indah selama menetap di kota Bandung selalu melekat dalam ingatannya.

Hal tersebut mendorongnya untuk menciptakan lagu berbahasa sunda berjudul “Hallo Bandung”.

Serta beberapa lagu bertema serupa seperti “Bandung Selatan di Waktu Malam” dan “Saputangan dari Bandung Selatan”.

Pada waktu itu ungkapan “Hallo Bandoeng” sudah sangat dikenal sebagai tanda panggil dan sapaan pembuka oleh Radio Kootwijk saat melakukan panggilan radio telegraf dengan kota Bandung.

Ungkapan tersebut menjadi semakin terkenal melalui lagu berbahasa Belanda berjudul “Hallo Bandoeng” oleh Willy Derby.

Yang penjualannya mencapai lebih dari 50.000 kopi, suatu jumlah yang luar biasa pada zaman itu

Versi awal dari lirik lagu “Hallo Bandung” menunjukkan bahwa pada awalnya lagu ini lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental, bukan dimaksudkan sebagai lagu perjuangan.

Kemudian selama masa pendudukan Jepang lagu ini diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari propaganda pihak tentara Jepang.

Yang antara lain berusaha mengikis pengaruh budaya Belanda serta mendorong penggunaan bahasa Indonesia di penjuru wilayah jajahan.

Walaupun begitu, versi kedua hasil terjemahan lagu tersebut tetap menggambarkan maksud aslinya sebagai lagu kenangan.

Setelah pernyataan kekalahan Jepang, para pejuang kemerdekaan Indonesia kemudian menghadapi masuknya tentara NICA Belanda.

Serta tentara Sekutu dari Kerajaan Inggris, yang berlangsung hingga selama empat tahun. Masa ini dikenal sebagai periode Revolusi Nasional.

Pada awal masa ini Ismail Marzuki bersama istri mengungsi ke Bandung demi menghindari pendudukan tentara Inggris dan Belanda di Jakarta.

Namun sayang tidak lama setelah mereka menetap di Bandung, terbit ultimatum dari pihak Inggris yang memerintahkan pihak tentara pejuang Indonesia untuk segera meninggalkan kota.

Kemudian pihak pejuang Indonesia membalas dengan sengaja membakar bangunan dan gedung di penjuru wilayah selatan kota Bandung

Sebelum mereka meninggalkan kota pada 24 Maret 1946, yang kemudian dikenal sebagai Bandung Lautan Api .

Peristiwa ini mengilhami Ismail Marzuki beserta para pejuang Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu “Hallo Bandung” menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan.

Segera setelah itu, lagu “Halo, Halo Bandung” menjadi sangat dikenal dan menjadi salah satu lambang perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah.***

Berita Terkait

Petilasan Raja Thailand di Curug Dago Dago Pojok jadi simbol persahabatan Indonesia dan Thailand.
Cipta Karya School Sekolah Swasta Kecil Sangat Memperhatikan Kebutuhan Individu Siswanya
Sindikat Bayi Jawa Barat Dibongkar, Negara Makin Mirip Pasar Budak!
Promo Kakkoii All You Can Eat Bandung: Starter Package Hemat Mulai 88 Ribu Aja!
Karena memegang kunci akses ruangan, karyawan Bank Jabar Banten mencuri uang Rp 2,1 miliar.
Selama renovasi sekitar dua tahun Teras Cihampelas ditutup 24 Jam.
Ditengah kemelut internal, Bandung Zoo Catat Pendapatan Pajak Rp 1 Miliar untuk PAD Kota Bandung
Ditengah seteru dengan Ridwan Kamil, Lisa Mariana mangkir dipanggil Polda Jabar terkait kasus video dewasa .

Berita Terkait

Kamis, 24 Juli 2025 - 21:18 WIB

Petilasan Raja Thailand di Curug Dago Dago Pojok jadi simbol persahabatan Indonesia dan Thailand.

Selasa, 15 Juli 2025 - 09:45 WIB

Sindikat Bayi Jawa Barat Dibongkar, Negara Makin Mirip Pasar Budak!

Senin, 14 Juli 2025 - 13:55 WIB

Promo Kakkoii All You Can Eat Bandung: Starter Package Hemat Mulai 88 Ribu Aja!

Minggu, 13 Juli 2025 - 20:07 WIB

Karena memegang kunci akses ruangan, karyawan Bank Jabar Banten mencuri uang Rp 2,1 miliar.

Minggu, 13 Juli 2025 - 19:42 WIB

Selama renovasi sekitar dua tahun Teras Cihampelas ditutup 24 Jam.

Berita Terbaru

Foto : PROPAMI CUP VI 2025 di TriboOn Mini Soccer, Jeruk Purut, Jakarta Selatan (19/7/25). (Doc.Ist)

Sport

KB Valbury Jadi Bintang di PROPAMI CUP VI 2025

Minggu, 20 Jul 2025 - 20:40 WIB